27 September 2015

Persepsi Negatif Tentang Cokelat

Di masyarakat banyak berkembang mitos tentang pengaruh negatif coklat, bahwa cokelat sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain obesitas, alergi, diabetes, caries gigi, migrain, serta jerawat [1]. Sebagian besar --kalau tidak bisa dikatakan semua-- mitos ini sudah dibantah oleh banyak penelitian.

Obesitas saat ini telah menjadi momok baik secara fisik dan mental di berbagai negara, dan masyarakat meyakini bahwa konsumsi cokelat yang tinggi merupakan salah satu penyebabnya. Akan tetapi, seperti telah dijelaskan dalam beberapa penelitian, konsumsi cokelat justru menunjukkan korelasi dengan rendahnya Index Massa Tubuh, rendahnya jumlah lemak total dan lemak sentral, serta rendahnya angka lingkar pinggang, baik pada orang dewasa maupun remaja [2,3].

Alergi makanan merupakan reaksi sistem imunitas tubuh terhadap zat atau bahan dalam makanan yang biasanya adalah protein. Makanan alergi yang paling umum adalah susu, telur, kacang tanah, kacang pohon, kecap, gandum, ikan dan kerang. Jarang sekali orang yang mengalami alergi terhadap cokelat, dan hampir tidak ada publikasi ilmiah yang berhubungan dengan alergi cokelat. Namun demikian, khusus untuk cokelat susu, karena adanya campuran susu dan bahan-bahan lain seperti telur dan kacang, bahan-bahan tambahan inilah yang sering menjadi penyebab dari masalah alergi yang dilaporkan [1].

Caries gigi terjadi jika bakteri dalam mulut mengubah gula menjadi asam, yang dapat menyebabkan erosi pada permukaan gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Cokelat tidak lebih berbahaya dalam menyebabkan caries gigi dibanding bahan karbohidrat lainnya seperti roti, kentang, buah-buahan, dan sebagainya. Bahkan para peneliti menemukan bahwa kakao dapat mencegah terjadinya caries gigi. Beberapa senyawa tertentu yang secara alami terdapat dalam cokelat, seperti tannin dan polifenol, mempunyai peran dalam mencegah terbentuknya plak gigi. Dari temuan ini para ilmuan bahkan menyarankan agar komponen-komponen yang terkandung dalam kakao dapat ditambahkan pada pembersih mulut maupun pasta gigi [1].


Daftar Rujukan
1. Promotion Committee 5th Meeting. Inventory of the Health and Nutritional Attributes of Cocoa and Chocolate. PRC/3/4/Rev.1. 2005. Download pdf
2. Golomb BA, Koperski S, White HL. Association between more frequent chocolate consumption and lower body mass index. Arch Intern Med 2012;172:519–21. Download pdf
3. Cuenca-GarcĂ­a M, Ruiz RJ, Ortega FB, Castillo MJ. Association Between Chocolate Consumption And Fatness In European Adolescents. Nutrition 30 (2014) 236–239Download pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar