Di masyarakat
banyak berkembang mitos tentang pengaruh negatif coklat, bahwa cokelat
sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain
obesitas, alergi, diabetes, caries gigi, migrain, serta jerawat [1].
Sebagian besar --kalau tidak bisa dikatakan semua-- mitos ini sudah dibantah
oleh banyak penelitian.
Obesitas saat ini telah
menjadi momok baik secara fisik dan mental di berbagai negara, dan masyarakat
meyakini bahwa konsumsi cokelat yang tinggi merupakan salah satu penyebabnya.
Akan tetapi, seperti telah dijelaskan dalam beberapa penelitian, konsumsi cokelat justru
menunjukkan korelasi dengan rendahnya Index Massa Tubuh, rendahnya jumlah lemak
total dan lemak sentral, serta rendahnya angka lingkar pinggang, baik pada
orang dewasa maupun remaja [2,3].
Alergi makanan merupakan
reaksi sistem imunitas tubuh terhadap zat atau bahan dalam makanan yang
biasanya adalah protein. Makanan alergi yang paling umum adalah susu, telur,
kacang tanah, kacang pohon, kecap, gandum, ikan dan kerang. Jarang sekali orang
yang mengalami alergi terhadap cokelat, dan hampir tidak ada publikasi ilmiah yang
berhubungan dengan alergi cokelat. Namun demikian, khusus untuk cokelat susu, karena
adanya campuran susu dan bahan-bahan lain seperti telur dan kacang, bahan-bahan
tambahan inilah yang sering menjadi penyebab dari masalah alergi yang
dilaporkan [1].
Daftar Rujukan
1. Promotion Committee 5th Meeting. Inventory of the Health and Nutritional Attributes of Cocoa and Chocolate. PRC/3/4/Rev.1. 2005. Download pdf
2. Golomb BA, Koperski S, White HL. Association between more frequent chocolate consumption and lower body mass index. Arch Intern Med 2012;172:519–21. Download pdf
3. Cuenca-GarcĂa M, Ruiz RJ, Ortega FB, Castillo MJ. Association Between Chocolate Consumption And Fatness In European Adolescents. Nutrition 30 (2014) 236–239. Download pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar