Indonesia merupakan negara
penghasil kakao terbesar ke-3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Namun
sayangnya, dari segi produktivitas Indonesia masih berada di bawah
produktivitas rata-rata negara lain penghasil kakao. Selama ini kakao lebih
banyak diekspor dalam wujud biji kering kakao dibandingkan hasil olahannya,
sehingga nilai tambahnya secara ekonomis hanya sedikit [1].
Konsumsi
produk cokelat per kapita di Indonesia masih sangat rendah, lebih rendah dari
negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Produksi kakao di
Indonesia mencapai 722 ribu ton per tahun atau setara dengan 18% dari total
produksi kakao dunia, namun konsumsi kakao (cokelat) di Indonesia masih pada
angka 0,3 kg per kapita. Angka ini jauh lebih rendah daripada Swiss yang
mencapai 15 kg per kapita atau Malaysia dan Singapura yang hampir mendekati 1
kg per kapita [2].
Kakao yang merupakan bahan
dasar cokelat sudah sejak berabad-abad yang lalu dikenal tidak hanya karena
rasanya yang enak tetapi juga karena pengaruh positifnya terhadap kesehatan.
Suku bangsa Inca meyakini bahwa cokelat adalah minuman dewa, dan dari sinilah
nama ilmiah untuk pohon kakao diambil, yaitu Theobroma cacao. Theos berarti dewa dan broma berarti minuman [3].
Kakao diperkirakan mula-mula
tumbuh di daerah Amazon utara sampai ke Amerika Tengah, mungkin sampai ke
Chiapas, bagian paling selatan Meksiko. Orang-orang Olmec memanfaatkan pohon
dan, mungkin juga, membuat "cokelat" di sepanjang pantai teluk di
selatan Meksiko. Dokumentasi paling awal tentang cokelat ditemukan pada
penggunaannya di sebuah situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido, Honduras
sekitar tahun 1400 - 1100 SM. Residu yang diperoleh dari tangki-tangki
pengolahan ini mengindikasikan bahwa awalnya penggunaan kakao tidak hanya
diperuntukkan untuk membuat minuman, namun selaput putih yang terdapat pada
biji kakao lebih condong digunakan sebagai sumber gula untuk minuman
beralkohol. Residu cokelat yang ditemukan pada tembikar yang digunakan oleh suku
Maya kuno di Río Azul, Guatemala Utara, menunjukkan bahwa Suku Maya meminum
cokelat pada sekitar tahun 400 SM. Peradaban pertama yang mendiami daerah
Meso-Amerika itu mengenal pohon "kakawa" yang buahnya dikonsumsi
sebagai minuman ''xocolatl'' yang berarti minuman pahit. Menurut mereka,
minuman ini perlu dikonsumsi setiap hari, entah untuk alasan apa. Namun,
tampaknya cokelat juga menjadi simbol kemakmuran [4].
Tanaman kakao merupakan salah satu anggota genus theobroma. Sistematika
kakao adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Docutyledone
Ordo : Malvaies
Familia : Sterculiceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma
cacao, L.
Tanaman kakao tumbuh subur di hutan-hutan dataran
rendah dan hidup di bawah naungan pohon-pohon yang tinggi. Pertumbuhan tanaman
kakao banyak dipengaruhi oleh kesuburan tanah, kelembaban, suhu, dan curah
hujan. Adanya angin, musim kering, dan perubahan-perubahan iklim berpengaruh
terhadap berbuahnya tanaman kakao.
Daftar Rujukan
1. Departemen Perindustrian. Gambaran Sekilas Industri Kakao. Sekretaris Jendral Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Jakarta, 2007. Download pdf
2. http://finance.detik.com/read/2014/01/13/144957/2466204/1036/jadi-lumbung
kakao-dunia-konsumsi-cokelat-orang-indonesia-sangat-rendah. Diakses 20 Februari 2014.
3. Corti R, Flammer AJ, Hollenberg
NK, Lüscher TF. Cocoa and cardiovascular health. Circulation. 2009;119:1433-1441. Download pdf
4. Aqsa
R. Sejarah dan Manfaat Coklat. April
2013. http://www.4shared.com/get/LEUIe8am/Sejarah__Manfaat_Coklat.html. Diakses 20 April 2014. Download pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar