Biji kakao mengandung sejumlah
besar senyawa fitokimia, yaitu suatu senyawa fisiologis aktif yang ditemukan
pada tumbuhan. Salah satu kelompok senyawa ini disebut polifenol dengan
sub-kelompok terbesar adalah flavonoid, dan telah terbukti memiliki sifat
antioksidan. Biji kakao mengandung
sekitar 6 – 8% polifenol (dari berat kering). Polifenol yang
teridentifikasi dari biji kakao dan produknya terutama terdiri dari catechin,
flavonol glycoside, anthocyanin, dan procyanidin [1,2].
Menurut Hii et al,
dalam setiap tahap pengolahan biji kakao hingga menjadi cokelat, kadar
polifenol akan berkurang. Pada saat fermentasi dan pengeringan, kadar polifenol
dipengaruhi oleh adanya reaksi browning
enzimatis, di samping proses non-enzimatik seperti difusi. Mereka juga
menyimpulkan bahwa pengeringan beku (freeze
drying) yang diikuti dengan uap panas dan pengeringan di bawah matahari
memberikan efek paling baik dalam mempertahankan kadar polifenol [1]. Namun kadar
polifenol yang tinggi akan menghasilkan produk dengan rasa pahit yang lebih
kuat sehingga kurang disukai. Proses alkalisasi dan roasting juga mempengaruhi
kadar polifenol dalam cokelat. Peningkatan pH akan menurunkan kadar dan
aktivitas antioxidant polifenol, menyebabkan kehilangan flavonoid hingga 60%.
Roasting dengan temperatur tinggi atau dalam waktu yang lebih lama akan
menyebabkan pengurangan kadar polifenol secara signifikan.
Flavanol (disebut juga flavan-3-ol) dapat ditemukan dalam konsentrasi
tinggi pada beberapa buah-buahan dan sayuran, teh, jus anggur, wine, berbagai
jenis berri, termasuk cokelat. Di antara semuanya, cokelat menempati urutan
teratas dalam hal kandungan flavanol, seperti tampak pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan flavanol
dalam beberapa tumbuhan [3].
Aktivitas biologis dari polifenol dalam cokelat tergantung terutama pada
bioavailabilitasnya, yang sudah diukur melalui beberapa penelitian pada
manusia. Flavonoid monomerik, seperti halnya bentuk dimerik dan trimerik dari
procyanidin dapat ditemukan dalam plasma manusia setelah mengkonsumsi cokelat
atau minuman kaya cokelat. Kadar puncak dalam plasma ditemukan 2-3 jam setelah
dikonsumsi, dan masih dapat ditemukan dalam plasma hingga 8 jam kemudian.
Kadarnya sering ditemukan dalam nanomolar atau micromolar.
Bioavailabilitas polifenol ini dipengaruhi oleh matrix makanan. Kadar flavanol dan aktivitas antioxidannya berkurang secara bermakna jika dikonsumsi bersama susu, atau jika cokelat dikonsumsi dalam bentuk cokelat susu. Namun demikian hal ini masih diperdebatkan, karena ada penelitian lain yang menunjukkan hasil sebaliknya. Makanan yang tinggi lipid dan protein tidak mempengaruhi bioavalabilitas polifenol, namun uptake flavonol pada manusia akan meningkat secara signifikan jika dkonsumsi bersamaan dengan karbohidrat [2, 3]. Di samping ukuran molekul, terdapat faktor penting lain yang ikut mempengaruhi efikasi polifenol in vivo, yaitu konversi metaboliknya di sel-sel intestinal, liver, dan jaringan lain; ikatannya terhadap protein; akumulasinya dalam sel; dan kecepatan eliminasinya dalam urine [3].
Bioavailabilitas polifenol ini dipengaruhi oleh matrix makanan. Kadar flavanol dan aktivitas antioxidannya berkurang secara bermakna jika dikonsumsi bersama susu, atau jika cokelat dikonsumsi dalam bentuk cokelat susu. Namun demikian hal ini masih diperdebatkan, karena ada penelitian lain yang menunjukkan hasil sebaliknya. Makanan yang tinggi lipid dan protein tidak mempengaruhi bioavalabilitas polifenol, namun uptake flavonol pada manusia akan meningkat secara signifikan jika dkonsumsi bersamaan dengan karbohidrat [2, 3]. Di samping ukuran molekul, terdapat faktor penting lain yang ikut mempengaruhi efikasi polifenol in vivo, yaitu konversi metaboliknya di sel-sel intestinal, liver, dan jaringan lain; ikatannya terhadap protein; akumulasinya dalam sel; dan kecepatan eliminasinya dalam urine [3].
Daftar Rujukan :
1. Hii
CL, Law CL, Suzannah S, Misnawi, Cloke M. Polyphenols in cocoa (Theobroma cacao L.). As. J. Food Ag-Ind. 2009, 2(04), 702-722. Download pdf
2. Rimbach
G, Melchin M, Moehring J, Wagner AE. Polyphenols from cocoa and vascular health
– a critical review. Int. J. Mol. Sci. 2009, 10, 4290-4309. Download pdf
3. Corti R, Flammer AJ, Hollenberg
NK, Lüscher TF. Cocoa and cardiovascular health. Circulation. 2009;119:1433-1441. Download pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar